BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan ini tingkah laku atau
behaviorisme adalah hal- hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai
dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa memiliki tingkah laku yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu penting bagi kami untuk mempelajari dan membahas tingakah
laku atau behaviorisme lebih dalam, karena behaviorisme dapat menjelaskan
segala kelakuan manusia secara saksama dan menyediakan program pendidikan yang
efektif.
Dengan
uraian yang kami buat, ternyata konsep behaviorisme besar pengaruhnya terhadap
masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari Behaviorisme?
2. Bagaimana
sejarah Behaviorisme?
3. Siapa
saja tokoh tokoh pelopor yang terkait dalam perkembangan ilmu psikologi?
4. Studi
kasus teori behaviorisme
C. Tujuan
1. Menjelaskan
definii behaviorisme
2. Membahas
bagaimana sejarah behaviorisme
3. Membahas
tokoh-tokoh pelopor behaviorisme
BAB
II
PEMBAHASAN
A. BEHAVIORISME
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan
dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan
menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan
behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan
dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan menejemen kelas. Ada ahli
yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Teori
behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang nampak , dapat diukur, dilukiskan,
dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar,
karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan
perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor
lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari
hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini
adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
B.
TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME
Adapun
beberapa tokoh-tokoh behavioris yang berkembang dari tahun 1874 sampai saat
sekarang ini :
1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut
Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara
peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori
“connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan
pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila
knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan
Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada
berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai
respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan beberapa hukum,
seperti :
1. Hukum
kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu
organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi
cenderung diperkuat.
2. Hukum
latihan
Semakin
sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin
kuat.
3. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon
cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibanya tidak memuaskan.
2. JOHN WATSON (1878 - 1958)
John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Minat awalnya adalah
pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia
memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan
studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya.
Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur
lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai
‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:
a.
Psikologi adalah cabang
eksperimental dari natural science.
Posisinya setara
dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di
dalamnya.
b.
Sejauh ini psikologi gagal
dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.
Salah satu halangannya adalah keputusan untuk
menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya
kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
Pandangan utama Watson
1. Psikologi mempelajari
stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud
dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan
jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban
terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga
termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert,
learned dan unlearned
2. Tidak mempercayai unsur
herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah
hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang
sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian
pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh
faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3. Dalam kerangka mind-body,
pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi
bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah.
Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui
body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind
ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh
aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah
psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi
penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini
di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu
behaviorisme justru menjadi populer.
4. Sejalan dengan fokusnya terhadap
ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris.
Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan
verbal reports.
5. Secara bertahap Watson
menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang
unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya
ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan
lain-lain.
6. Sebaliknya, konsep learning
adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh
behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar
yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning
respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah
proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia
(subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak
kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
7. Pandangannya tentang memory
membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang
diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan.
Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan
adalah kebutuhan.
8. Proses thinking and speech
terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir
didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara
yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti
gerak bibir atau gesture lainnya.
9. Sumbangan utama Watson adalah
ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang
mengaturnya. Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan
perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada
situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga
membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan
bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
Pavlov menemukan teori pelaziman klasik dengan
memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli
tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah
pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons
terkondisikan.
Pavlo mengadakan
percobaan teori plazima klasik terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di
beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh
situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda
waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap
bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebut dapat di ambil kesimpulan ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Contohnya belajar, belajar menurut
teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah
terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
4.
BURRHUS
FREDERIC SKINNER (1904-1990)
Burrhus
Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna.
Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu
rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa
dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin
sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada
tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia
menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun
1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia
memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia
menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun
kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di
Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang
yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing
ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai
penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus
1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia
Seperti
halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner
menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam
perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning.
Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun
1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil
konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental
Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
(Sahakian,1970).
B.F. Skinner
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model
instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operantconditioning.
Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (
penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Operant conditioning menjamin respon terhadap stimuli.
Skinner
membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam
laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang
disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan
yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur
nyalanya, dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus
berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari
untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara
terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan
berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan
yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan
positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner memiliki tiga asumsi dasar
dalam membangun teorinya:
1.
Behavior is lawful (perilaku
memiliki hukum tertentu)
2.
Behavior can be predicted (perilaku
dapat diramalkan)
3.
Behavior can be controlled (perilaku
dapat dikontrol)
Skinner juga
menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis
perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri
(seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat
dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam
kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events
ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
Tipe
Perilaku
Skinner
mengajukan dua klasifikasi dasar dari perilaku: operants dan respondents.
Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan
sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor
tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent
adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent
sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang
mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang
yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
Variasi
dalam Intensitas Perilaku
Adanya
intensitas perilaku yang bervariasi disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan (environmental
variable), misalnya pada dua orang yang mengkonsumsi makanan dengan
kuantitas berbeda. Hal ini bukan berarti kedua orang tersebut memiliki dorongan
makan berbeda. Untuk menganalisanya perlu dilihat variable lingkungannya,
seperti jangka waktu dari makan ke makan berikutnya.
Peramalan
dan Perubahan Perilaku
Menurut
Skinner, cara efektif untuk meramal dan merubah perilaku adalah dengan
menguatkan (to reinforce). Untuk itu, perlu diketahui hal-hal berikut:
1.
Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar.
2. Penguatan
dan pembentukan perilaku
3.
Generalisasi dan diskriminasi stimulus
Prinsip belajar Skinners adalah :
- Hasil
belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar
diberi penguat.
- Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sebagai sistem modul.
- Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
- Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
- dalam
pembelajaran digunakan shapping
C. Ada dua prinsip dasar dari pengkondisian, yaitu pengkondisian klasikal
dan pengkondisian operant/instrumetal.
1.
Pengkondisian klasikal (classical conditioning)
Prinsip ini
pertama kali diusulkan oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan bahwa
sebuah stimulus yang memunculkan sebuah respon dipasangkan dengan stimulus lain
yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama. Dengan kata lain, kita
dapat menyebut bahwa operasi dan respon kedua dikondisikan untuk terjadi. Mari
kita ambil contoh dengan mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong
daging, anjing mulai mengeluarkan air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel
sesaat kita tampilkan daging. Pada awalnya, anjing mengeluarkan air liur hanya
saat daging ditampilkan. Namun setelah beberapa kali penampilan, anjing
tersebut akan mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan (sebelum daging
ditampilkan). Agen penguat di sini adalah daging yang berfungsi sebagai penguat
positif karena penampilan daging meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan
untuk muncul.
Lalu apa
yang terjadi jika kita menghentikan penampilan daging dan hanya membunyikan
bel? Untuk sesaat, anjing tetap akan mengeluarkan air liur terhadap bel, namun
lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya berhenti mengeluarkan air
liur. Proses tersebut dinamakan extinction (pemusnahan). Hal tersebut
menunjukkan perlunya melanjutkan penguatan, karena tanpa penguatan (paling
tidak saat-saat tertentu), perilaku yang tidak otomatis (bukan refleks) akan
menghilang perlahan.
2.
Pengkondisian operan/instrumental
Pengkondisian
ini pertama kali diselidiki secara sistematis oleh E. L. Thorndike. Teori
Skinner berusaha menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai belajar secara
operan. Suatu operan adalah memancarkan, artinya suatu organisme melakukan
sesuatu tanpa perlu adanya stimulus yang mendorong. Suatu reaksi sebagai
kontras dari responden, yaitu suatu tingkah laku yang dipelajari dengan teknik
pengkondisian Pavlovian. Operan dapat dipelajari bebas dari kondisi-kondisi
perangsang yang membangkitkan. Organisme selalu dalam proses “operating” dalam
lingkungannya. Artinya organisme tersebut selalu melakukan apa yang
dilakukannya. Selama “operating”, organisme tersebut akan bertemu dengan
stimulus-stimulus, yang disebut reinforcing stimulus (stimulus penguat).
Stimulus-stimulus
tersebut mempunyai pengaruh dalam menguatkan “operant” – tingkah laku yang
muncul sebelum reinforcer. Jadi yang dimaksud dengan operant
conditioning adalah sebuah tingkah laku diikuti dengan sebuah konsekuensi,
dan konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat merubah kecenderungan organisme
untuk mengulang tingkah laku tersebut di masa datang.
Sebagai
contoh, coba bayangkan seekor tikus di dalam kandang, yang disebut Kotak
Skinner. Kandang tersebut mempunyai suatu pedal pada salah satu temboknya yang
bila ditekan maka dapat melepaskan makanan ke dalamnya. Kemudian tikus tersebut
berjalan mengelilingi kandang dan tanpa sengaja menekan pedal, sehingga
mengakibatkan munculnya makanan. Kejadian tersebut membuat tikus selalu
berusaha menekan pedal dan mengumpulkan makanan yang muncul di sudut kandang.
Eksperimen pada tikus membuktikan bahwa suatu tingkah laku yang diikuti oleh
stimulus penguat akan meningkatkan kemungkinan munculnya kembali tingkah laku
tersebut di masa depan.
D.
PENGUATAN
DAN PEMBENTUKAN PERILAKU (SHAPING)
Jika
dilakukan dengan seksama, reinforcement (penguatan) dapat membuat kita
membentuk perilaku dari organisme sehingga dapat memunculkan perilaku yang
diinginkan (dengan proses belajar operant).Hal tersebut dapat dilihat dari
eksperimen Skinner yang terkenal yaitu melatih merpati untuk mematuk selain
makanan (dalam hal ini adalah disk ringan). Eksperimen ini dumulai ketika
seekor merpati lapar diletakkan dalam Kotak Skinner. Disk dan kotaknya
diberi kawat yang memungkinkan respon direkam dan makanan dikirim ketika
merpati mematuk disknya.
Agar merpati
mematuk disk untuk pertama kalinya, kita harus membentuk perilaku dengan
catatan mematuk disk merah di dinding bukan merupakan perilaku normal atau
repertoar dari merpati pada umumnya. Karena itu, kita mulai dengan me-reinforce
perilaku yang makin lama makin mendekati perilaku mematuk disk. Pertama-tama
kita latih burung makan dari hopper, kemudian kita tampilkan makanan
hanya ketika burung mendekati disk (dan hopper). Setelah itu kita reinforce
burung hanya ketika kepalanya berada pada posisi yang paling dekat dengan disk,
lalu hanya ketika paruhnya dalam posisi terdekat dengan disk, dan seterusnya.
Akhirnya, ketika merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita langsung
berikan makanan. Dari sana, merpati akan terus menerus mematuk dan kita juga
terus memberikan makanan. Dalam waktu singkat, perilaku mematuk akan terjadi
dengan cepat.
Hal di atas
menunjukkan penjadwalan continuous reinforcement, yaitu penjadwalan
dalam hal tiap kali respon yang benar diberi penguat. Dengan hal tersebut akan
didapatkan perilaku yang diinginkan. Jika kita berhentikan pemberian penguatan
(makanan) kapan saja, maka perilaku mematuk akan menurun dan lama-kelamaan
menghilang. Namun kita juga dapat terus memberi makanan sebagai penguat dengan
waktu yang tidak ditentukan (occasionally). Kita dapat memberi makanan
dalam jadwal fixed interval, misalnya tiap 5 detik sekali. Atau kita
juga dapat menggunakan variable interval, dengan memberi makanan dalam
interval waktu yang acak dengan rata-rata yang tetap. Jadi kita dapat memberi
penguatan pada merpati setelah 3 detik, kemudian setelah 6 detik, kemudian
setelah 4 detik, dan seterusnya, dengan interval rata-rata sekitar 5 detik.
Dalam
kondisi fixed maupun variable interval, merpati akan berespon
mematuk secara berkelanjutan. Meskipun sebagian besar patukan tidak diberi
penguat, namun secara rata-rata patukan tersebut akan terus bertahan. Dengan
jadwal variableinterval, respon rata-rata patukan stabil. Dengan jadwal fixed
interval, patukan akan menurun perlahan mengikuti penguatan dan akan naik
lagi mendekati penguatan yang akan dilakukan. Ketika kita akan menghilangkan
respon yang dikondisikan oleh penguatan interval, respon tersebut akan
menghilang lebih lambat daripada yang dikondisikan oleh penguatan continuous.
Kita dapat
mendapatkan respon yang lebih tahan dari pemusnahan (extinction) dengan
menggunakan jadwal penguatan sebagai fungsi dari perilaku organisme itu
sendiri. Contohnya, dengan menggunakan fixed ratio, kita dapat
menguatkan perilaku tiap 10 patukan, 20 patukan, atau berapapun angka dari
merpati tersebut. Dengan jadwal variable ratio, jika kita beri penguat
rata-rata tiap 5 patukan, maka kita beri penguat pada patukan ke-3, patukan
ke-8, dst.
Resistensi
terhadap pemusnahan paling besar di penjadwalan penguatan ratio terjadi pada variable
ratio dan disusul fixed ratio. Penjadwalan interval adalah
penjadwalan yang lebih buruk resistensinya terhadap pemusnahan, dengan catatan
resistensi fixed interval lebih buruk daripada variable interval.
Resistensi yang paling buruk terjadi pada penjadwalan berkelanjutan (continous).
Dalam kasus
merpati di atas, Skinner menyebut makanan, selain air, sebagai unconditioned
atau primary reinforcer (penguat utama). Namun perilaku manusia pada
umumnya juga bergantung pada conditioned atau secondary reinforces
(penguatan sekunder/tambahan) yang dipasangkan dengan penguat utama dan dapat
pada perilaku manusia (contohnya uang).
GENERALISASI
DAN DISKRIMINASI
Dua fenomena
besar dari sistem Skinner merupakan penemuan penting sebagai alat pembelajaran.
Fenomena yang dimaksud adalah generalization (generalisasi) dan discrimination
(diskriminasi). Dengan proses generalisasi stimulus, organisme akan dapat
membuat respon yang sama terhadap satu situasi ketika dia dihadapkan pada
situasi yang lain namun hampir mirip dengan situasi sebelumnya. Dengan proses
diskriminasi stimulus, organisme dapat membedakan mana situasi yang diberi
penguat dan yang tidak, sehingga organisme akan berespon hanya pada situasi
tertentu saja.
PERILAKU
SOSIAL
Dalam
berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai persoality
traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi
kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung
diasosiasikan dalam situasi tertentu.
Bagi
Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon
tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia
akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada
situasi yang lebih luas. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan
menghasilkan perilaku yang menetap.
PERILAKU
ABNORMAL
Skinner
berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan
perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah
menjadi perilaku normal dengan memanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya
adalah dalam kasus yang terjadi pada seorang tentara yang terluka di medan
perang. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit lalu dikirim kembali ke
medan perang, ia mengalami kelumpuhan pada satu lengannya yang membuatnya
ditarik dari tugas. Pemeriksaan secara fisiologis menunjukkan tidak ada masalah
pada dirinya.
Skinner
mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah menjadi negative reinforcer,
yaitu sebuah stimulus yang tidak disukai yang akan berusaha untuk dihindari
oleh tentara tersebut. Medan perang yang telah diasosiasikan dengan luka adalah
sebuah conditioned negative reinforcer, sehingga sang tentara akan
berusaha juga untuk menghindarinya. Namun demikian, ketika menolak untuk
dikirim berperang, maka dirinya akan menghadapi penolakan sosial, pengadilan,
dan mungkin penjara atau bahkan kematian, yang kesemuanya adalah konsekuensi
aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku yang menghubungkan kedua conditioned
negative reinforcer tadi. Perilaku tersebut akan menguat dan dipertahankan,
karena pada umumnya seorang tentara tidak dikenakan tanggung jawab ketika
dirinya mengalami kelumpuhan sehingga dirinya tidak akan dihukum.
Lalu
bagaimana kita menyembuhkan tentara tersebut? Secara teoritis, jika da
dikembalkan ke medan perang (conditioned renforcer) dengan tidak terluka
lagi (unconditioned reinforcer), respon terkondisinya (kelumpuhan) akan
hilang. Namun demikian, si tentara tentunya tidak akan mau kembali ke medan
perang secara sukarela. Kita dapat mendorong dia untuk kembali dan berharap
bahwa berada dalam situasi aversive tanpa konsekunsi aversive yang dialami
sebelumnya akan menghilangkan respon dia terhadap kelumpuhan. Prosedur ini
disebut dengan flooding, yang dilakukan dengan cara mendorong pasien ke
dalam situasi anxiety-arousing dan menghadapinya, hingga dirinya sadar
bencana yang diharapkan muncul tidak akan terjadi.
METODE
PENELITIAN DAN PENEKANAN
Penelitian
Skinner menyimpang dari norma penelitian psikologi kontemporer dengan beberapa
cara: Pertama, Skinner terfokus pada event perilaku yang paling sederhana.
Kedua, dia bersikeras bahwa kondisi eksperimen dikontrol dan respon subjek
direkam secara otomatis. Dan ketiga, dia membuat studi intensif pada satu
subjek individu daripada meneliti sebuah kelompok. Bagi Skinner, tujuan psikolog
adalah untuk mengontrol perilaku individu. Peneliti yang bekerja dengan
sejumlah besar binatang perlu memperhatikan variabel tak terkontrolnya
sepanjang hal ini tersebar secara acak. Namun Skinner percaya bahwa seperti
halnya variabel lain, variabel tak terkontrol juga harus dipelajari. Jika kita
ingin mengontrol perilaku, kita juga harus mngetahui variabel apa sajakah yang
tidak terkontrol tersebut agar dapat dikontrol juga.
EFEK OBAT
DALAM TINGKAH LAKU
Metodologi
Skinner dan Kotak Skinnertelah dibuktikan sebagai alat untuk mempelajari efek
perilaku terhadap berbagai macam agen farmatologi. Satu obat yang telah
diselidiki secara ekstensif dengan metode Skinnerian adalah chlorpromazine,
yaitu agent anti-kecemasan yang digunakan dalam penanganan psikosis. Dari hasil
penelitian terhadap tikus didapat bahwa obat ini mengurangi rasa takut (fear),
dan kemudian telah diasumsikan bahwa obat ini juga memiliki efek bila diberikan
pada penderita schizophren. Obat ini juga berfungsi sebagai depresan, yang
mereduksi semua bentuk respon, tidak hanya respon pada ketakutan.
INTERVENSI
TINGKAH LAKU PADA PASIEN PSIKIATRIK
Pada awal
60-an, Ayllon dan Azrin (1965, 1968) mengembangkan sebuah metode yang disebut
dengan token economy, yaitu sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip
pengkondisian operan. Token ekonomi didesain bagi pasien penyakit mental agar
menghasilkan perilaku yang diinginkan. Conditioned reinforcer dalam
bentuk token diberikan pada pasien yang memunculkan respon yang diinginkan
seperti memakai baju sendiri, makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas
secara baik. Token-token ini nantinya dapat ditukar untuk mendapatkan primary
reinforcer, yaitu sesuatu yang diinginkan dan dinikmati orang lain seperti:
baju baru, interaksi sosial, kosmetik, menonton film, dll.
Token
ekonomi telah digunakan dalam berbagai macam situasi, seperti penanganan anak
autis, orang yang mengalami perkembangan tidak normal, bahkan pada orang normal
sekalipun. Teknik ini telah dibuktikan sukses dalam menghasilkan bentuk perilaku
yang diinginkan.
EVALUASI
Pendekatan
Skinner telah diaplikasikan dalam berbagai masalah-masalah praktis, seperti
dalam pendidikan, industri, profesi, dan pelatihan binatang. Asumsi Skinner
tentang ”lawfulness” tidak sejalan dalam psikologi. Namun jadwal penguatan yang
dia ajukan merupakan temuan penting bagi teori belajar dan peneliti
kepribadian.
Karena
Skinner menolak untuk menyimpulkan mekanisme atau proses yang tidak
terobservasi, dia mengalami kesulitan dalam menggambarkan situasi di luar
laboratorium. Para psikolog holistik merasa bahwa pendekatan Skinner
mengabaikan kompleksitas perilaku makhluk hidup. Kritik lain mengatakan bahwa
situasi sederhana yang diteliti Skinner tidak akan terjadi di luar
laboratoriumnya. Selain itu, ada kritik yang merasa keberatan dengan hukum
perilaku yang pada akhirnya tidak melihat perbedaan spesies secaraterpisah.
5. Albert Bandura
(1925-sekarang)
Ternyata
tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep
belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran
dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan
bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau
obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Teori
belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap
dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitine
perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi
adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Behaviorsime
memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu,
sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal.
Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai
reaksi pada psikologi ”mentalistik”
BAB III
STUDI
KASUS
Dibawah ini
ada beberapa contoh kasus atau permasalahan para remaja di sekolah yang
pemecahannya menggunakan pendekatan
teori psikologi behavioristik:
1.
Perilaku Bermasalah (problem
behavior)
Masalah
perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori
wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku
bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses
sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku
malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya,
termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja
mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan
secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya
sendiri.
2.
Perilaku menyimpang (behaviour
disorder)
Perilaku
menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang
remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol).
Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang
remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya
konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya
tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab
behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu
menghantui dirinya.
3.Penyesuaian diri yang salah (behaviour
maladjustment)
Perilaku yang tidak sesuai yang
dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam
menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku
menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian
diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)
Kecenderungan pada sebagian
remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud
dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan
sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena
sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada
anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak
saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward)
saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah
dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial
baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan
terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga
dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu
perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang
akan merugikan orang lain.
5. Attention Deficit Hyperactivity
disorder
Yaitu anak yang mengalami defisiensi
dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga
gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di
sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau
tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara,
remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Aliran
behaviorisme dalam psikologi sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang
apat di amati. Psikologi yang juga merupakan bagian dari ilmu alam yang
menekankan pada perilaku manusia, perbuatan, dan ucapannya baik yang dipelajari
maupun yang tidak sebagai pokok masalah.
Behaviorisme
dicetuskan oleh beberapa tokoh diantaranyaAlbert Bandura, Burrhus FredericSkinner, Ivan Petrovich Pavlov,John
Watson, danEdward Lee Thorndike yang
memiliki pemeikiran pemikaran yang memicu munculnya faham behaviorisme.