Kamis, 10 Januari 2013

BEHAVIORISME



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan  ini tingkah laku atau behaviorisme adalah hal- hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa memiliki tingkah laku yang berbeda-beda. Oleh sebab itu penting bagi kami untuk mempelajari dan membahas tingakah laku atau behaviorisme lebih dalam, karena behaviorisme dapat menjelaskan segala kelakuan manusia secara saksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif.
Dengan uraian yang kami buat, ternyata konsep behaviorisme besar pengaruhnya terhadap masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Behaviorisme?
2.      Bagaimana sejarah Behaviorisme?
3.      Siapa saja tokoh tokoh pelopor yang terkait dalam perkembangan ilmu psikologi?
4.      Studi kasus teori behaviorisme

C.     Tujuan
1.      Menjelaskan definii behaviorisme
2.      Membahas bagaimana sejarah behaviorisme
3.      Membahas tokoh-tokoh pelopor behaviorisme


BAB II
PEMBAHASAN

A.   BEHAVIORISME
          Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan menejemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Teori behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang nampak , dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
B.   TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME
Adapun beberapa tokoh-tokoh behavioris yang berkembang dari tahun 1874 sampai saat sekarang ini :
1.      Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike menemukan beberapa hukum, seperti :
1.      Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2.      Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
3.      Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.

2.     JOHN WATSON (1878 - 1958)

John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”. Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
a.       Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.
Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
b.      Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.
 Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c.       Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.




Pandangan utama Watson
1. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
2. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
4. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
6. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.

7. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
8. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
3.      Ivan Petrovich Pavlov(1849-1936)
Pavlov menemukan teori pelaziman klasik dengan memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Pavlo mengadakan percobaan teori plazima klasik terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut dapat di ambil kesimpulan ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Contohnya belajar, belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
4.     BURRHUS FREDERIC SKINNER (1904-1990)
Burrhus Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operantconditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Operant conditioning menjamin respon terhadap stimuli.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:
1.                  Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2.                  Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3.                  Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
Tipe Perilaku
Skinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari perilaku: operants dan respondents. Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
Variasi dalam Intensitas Perilaku
Adanya intensitas perilaku yang bervariasi disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan (environmental variable), misalnya pada dua orang yang mengkonsumsi makanan dengan kuantitas berbeda. Hal ini bukan berarti kedua orang tersebut memiliki dorongan makan berbeda. Untuk menganalisanya perlu dilihat variable lingkungannya, seperti jangka waktu dari makan ke makan berikutnya.
Peramalan dan Perubahan Perilaku
Menurut Skinner, cara efektif untuk meramal dan merubah perilaku adalah dengan menguatkan (to reinforce). Untuk itu, perlu diketahui hal-hal berikut:
1. Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar.
2. Penguatan dan pembentukan perilaku
3. Generalisasi dan diskriminasi stimulus
Prinsip belajar Skinners adalah :
- Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
- Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
- Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
- dalam pembelajaran digunakan shapping

C. Ada dua prinsip dasar dari pengkondisian, yaitu pengkondisian klasikal dan pengkondisian operant/instrumetal.
1. Pengkondisian klasikal (classical conditioning)
Prinsip ini pertama kali diusulkan oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan bahwa sebuah stimulus yang memunculkan sebuah respon dipasangkan dengan stimulus lain yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama. Dengan kata lain, kita dapat menyebut bahwa operasi dan respon kedua dikondisikan untuk terjadi. Mari kita ambil contoh dengan mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong daging, anjing mulai mengeluarkan air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel sesaat kita tampilkan daging. Pada awalnya, anjing mengeluarkan air liur hanya saat daging ditampilkan. Namun setelah beberapa kali penampilan, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan (sebelum daging ditampilkan). Agen penguat di sini adalah daging yang berfungsi sebagai penguat positif karena penampilan daging meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan untuk muncul.
Lalu apa yang terjadi jika kita menghentikan penampilan daging dan hanya membunyikan bel? Untuk sesaat, anjing tetap akan mengeluarkan air liur terhadap bel, namun lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya berhenti mengeluarkan air liur. Proses tersebut dinamakan extinction (pemusnahan). Hal tersebut menunjukkan perlunya melanjutkan penguatan, karena tanpa penguatan (paling tidak saat-saat tertentu), perilaku yang tidak otomatis (bukan refleks) akan menghilang perlahan.
2. Pengkondisian operan/instrumental
Pengkondisian ini pertama kali diselidiki secara sistematis oleh E. L. Thorndike. Teori Skinner berusaha menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai belajar secara operan. Suatu operan adalah memancarkan, artinya suatu organisme melakukan sesuatu tanpa perlu adanya stimulus yang mendorong. Suatu reaksi sebagai kontras dari responden, yaitu suatu tingkah laku yang dipelajari dengan teknik pengkondisian Pavlovian. Operan dapat dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang yang membangkitkan. Organisme selalu dalam proses “operating” dalam lingkungannya. Artinya organisme tersebut selalu melakukan apa yang dilakukannya. Selama “operating”, organisme tersebut akan bertemu dengan stimulus-stimulus, yang disebut reinforcing stimulus (stimulus penguat).
Stimulus-stimulus tersebut mempunyai pengaruh dalam menguatkan “operant” – tingkah laku yang muncul sebelum reinforcer. Jadi yang dimaksud dengan operant conditioning adalah sebuah tingkah laku diikuti dengan sebuah konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat merubah kecenderungan organisme untuk mengulang tingkah laku tersebut di masa datang.
Sebagai contoh, coba bayangkan seekor tikus di dalam kandang, yang disebut Kotak Skinner. Kandang tersebut mempunyai suatu pedal pada salah satu temboknya yang bila ditekan maka dapat melepaskan makanan ke dalamnya. Kemudian tikus tersebut berjalan mengelilingi kandang dan tanpa sengaja menekan pedal, sehingga mengakibatkan munculnya makanan. Kejadian tersebut membuat tikus selalu berusaha menekan pedal dan mengumpulkan makanan yang muncul di sudut kandang. Eksperimen pada tikus membuktikan bahwa suatu tingkah laku yang diikuti oleh stimulus penguat akan meningkatkan kemungkinan munculnya kembali tingkah laku tersebut di masa depan.
D.    PENGUATAN DAN PEMBENTUKAN PERILAKU (SHAPING)
Jika dilakukan dengan seksama, reinforcement (penguatan) dapat membuat kita membentuk perilaku dari organisme sehingga dapat memunculkan perilaku yang diinginkan (dengan proses belajar operant).Hal tersebut dapat dilihat dari eksperimen Skinner yang terkenal yaitu melatih merpati untuk mematuk selain makanan (dalam hal ini adalah disk ringan). Eksperimen ini dumulai ketika seekor merpati lapar diletakkan dalam Kotak Skinner. Disk dan kotaknya diberi kawat yang memungkinkan respon direkam dan makanan dikirim ketika merpati mematuk disknya.
Agar merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita harus membentuk perilaku dengan catatan mematuk disk merah di dinding bukan merupakan perilaku normal atau repertoar dari merpati pada umumnya. Karena itu, kita mulai dengan me-reinforce perilaku yang makin lama makin mendekati perilaku mematuk disk. Pertama-tama kita latih burung makan dari hopper, kemudian kita tampilkan makanan hanya ketika burung mendekati disk (dan hopper). Setelah itu kita reinforce burung hanya ketika kepalanya berada pada posisi yang paling dekat dengan disk, lalu hanya ketika paruhnya dalam posisi terdekat dengan disk, dan seterusnya. Akhirnya, ketika merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita langsung berikan makanan. Dari sana, merpati akan terus menerus mematuk dan kita juga terus memberikan makanan. Dalam waktu singkat, perilaku mematuk akan terjadi dengan cepat.
Hal di atas menunjukkan penjadwalan continuous reinforcement, yaitu penjadwalan dalam hal tiap kali respon yang benar diberi penguat. Dengan hal tersebut akan didapatkan perilaku yang diinginkan. Jika kita berhentikan pemberian penguatan (makanan) kapan saja, maka perilaku mematuk akan menurun dan lama-kelamaan menghilang. Namun kita juga dapat terus memberi makanan sebagai penguat dengan waktu yang tidak ditentukan (occasionally). Kita dapat memberi makanan dalam jadwal fixed interval, misalnya tiap 5 detik sekali. Atau kita juga dapat menggunakan variable interval, dengan memberi makanan dalam interval waktu yang acak dengan rata-rata yang tetap. Jadi kita dapat memberi penguatan pada merpati setelah 3 detik, kemudian setelah 6 detik, kemudian setelah 4 detik, dan seterusnya, dengan interval rata-rata sekitar 5 detik.
Dalam kondisi fixed maupun variable interval, merpati akan berespon mematuk secara berkelanjutan. Meskipun sebagian besar patukan tidak diberi penguat, namun secara rata-rata patukan tersebut akan terus bertahan. Dengan jadwal variableinterval, respon rata-rata patukan stabil. Dengan jadwal fixed interval, patukan akan menurun perlahan mengikuti penguatan dan akan naik lagi mendekati penguatan yang akan dilakukan. Ketika kita akan menghilangkan respon yang dikondisikan oleh penguatan interval, respon tersebut akan menghilang lebih lambat daripada yang dikondisikan oleh penguatan continuous.
Kita dapat mendapatkan respon yang lebih tahan dari pemusnahan (extinction) dengan menggunakan jadwal penguatan sebagai fungsi dari perilaku organisme itu sendiri. Contohnya, dengan menggunakan fixed ratio, kita dapat menguatkan perilaku tiap 10 patukan, 20 patukan, atau berapapun angka dari merpati tersebut. Dengan jadwal variable ratio, jika kita beri penguat rata-rata tiap 5 patukan, maka kita beri penguat pada patukan ke-3, patukan ke-8, dst.
Resistensi terhadap pemusnahan paling besar di penjadwalan penguatan ratio terjadi pada variable ratio dan disusul fixed ratio. Penjadwalan interval adalah penjadwalan yang lebih buruk resistensinya terhadap pemusnahan, dengan catatan resistensi fixed interval lebih buruk daripada variable interval. Resistensi yang paling buruk terjadi pada penjadwalan berkelanjutan (continous).
Dalam kasus merpati di atas, Skinner menyebut makanan, selain air, sebagai unconditioned atau primary reinforcer (penguat utama). Namun perilaku manusia pada umumnya juga bergantung pada conditioned atau secondary reinforces (penguatan sekunder/tambahan) yang dipasangkan dengan penguat utama dan dapat pada perilaku manusia (contohnya uang).
GENERALISASI DAN DISKRIMINASI
Dua fenomena besar dari sistem Skinner merupakan penemuan penting sebagai alat pembelajaran. Fenomena yang dimaksud adalah generalization (generalisasi) dan discrimination (diskriminasi). Dengan proses generalisasi stimulus, organisme akan dapat membuat respon yang sama terhadap satu situasi ketika dia dihadapkan pada situasi yang lain namun hampir mirip dengan situasi sebelumnya. Dengan proses diskriminasi stimulus, organisme dapat membedakan mana situasi yang diberi penguat dan yang tidak, sehingga organisme akan berespon hanya pada situasi tertentu saja.
PERILAKU SOSIAL
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai persoality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.
PERILAKU ABNORMAL
Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku normal dengan memanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah dalam kasus yang terjadi pada seorang tentara yang terluka di medan perang. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit lalu dikirim kembali ke medan perang, ia mengalami kelumpuhan pada satu lengannya yang membuatnya ditarik dari tugas. Pemeriksaan secara fisiologis menunjukkan tidak ada masalah pada dirinya.
Skinner mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah menjadi negative reinforcer, yaitu sebuah stimulus yang tidak disukai yang akan berusaha untuk dihindari oleh tentara tersebut. Medan perang yang telah diasosiasikan dengan luka adalah sebuah conditioned negative reinforcer, sehingga sang tentara akan berusaha juga untuk menghindarinya. Namun demikian, ketika menolak untuk dikirim berperang, maka dirinya akan menghadapi penolakan sosial, pengadilan, dan mungkin penjara atau bahkan kematian, yang kesemuanya adalah konsekuensi aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku yang menghubungkan kedua conditioned negative reinforcer tadi. Perilaku tersebut akan menguat dan dipertahankan, karena pada umumnya seorang tentara tidak dikenakan tanggung jawab ketika dirinya mengalami kelumpuhan sehingga dirinya tidak akan dihukum.
Lalu bagaimana kita menyembuhkan tentara tersebut? Secara teoritis, jika da dikembalkan ke medan perang (conditioned renforcer) dengan tidak terluka lagi (unconditioned reinforcer), respon terkondisinya (kelumpuhan) akan hilang. Namun demikian, si tentara tentunya tidak akan mau kembali ke medan perang secara sukarela. Kita dapat mendorong dia untuk kembali dan berharap bahwa berada dalam situasi aversive tanpa konsekunsi aversive yang dialami sebelumnya akan menghilangkan respon dia terhadap kelumpuhan. Prosedur ini disebut dengan flooding, yang dilakukan dengan cara mendorong pasien ke dalam situasi anxiety-arousing dan menghadapinya, hingga dirinya sadar bencana yang diharapkan muncul tidak akan terjadi.
METODE PENELITIAN DAN PENEKANAN
Penelitian Skinner menyimpang dari norma penelitian psikologi kontemporer dengan beberapa cara: Pertama, Skinner terfokus pada event perilaku yang paling sederhana. Kedua, dia bersikeras bahwa kondisi eksperimen dikontrol dan respon subjek direkam secara otomatis. Dan ketiga, dia membuat studi intensif pada satu subjek individu daripada meneliti sebuah kelompok. Bagi Skinner, tujuan psikolog adalah untuk mengontrol perilaku individu. Peneliti yang bekerja dengan sejumlah besar binatang perlu memperhatikan variabel tak terkontrolnya sepanjang hal ini tersebar secara acak. Namun Skinner percaya bahwa seperti halnya variabel lain, variabel tak terkontrol juga harus dipelajari. Jika kita ingin mengontrol perilaku, kita juga harus mngetahui variabel apa sajakah yang tidak terkontrol tersebut agar dapat dikontrol juga.
EFEK OBAT DALAM TINGKAH LAKU
Metodologi Skinner dan Kotak Skinnertelah dibuktikan sebagai alat untuk mempelajari efek perilaku terhadap berbagai macam agen farmatologi. Satu obat yang telah diselidiki secara ekstensif dengan metode Skinnerian adalah chlorpromazine, yaitu agent anti-kecemasan yang digunakan dalam penanganan psikosis. Dari hasil penelitian terhadap tikus didapat bahwa obat ini mengurangi rasa takut (fear), dan kemudian telah diasumsikan bahwa obat ini juga memiliki efek bila diberikan pada penderita schizophren. Obat ini juga berfungsi sebagai depresan, yang mereduksi semua bentuk respon, tidak hanya respon pada ketakutan.
INTERVENSI TINGKAH LAKU PADA PASIEN PSIKIATRIK
Pada awal 60-an, Ayllon dan Azrin (1965, 1968) mengembangkan sebuah metode yang disebut dengan token economy, yaitu sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian operan. Token ekonomi didesain bagi pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku yang diinginkan. Conditioned reinforcer dalam bentuk token diberikan pada pasien yang memunculkan respon yang diinginkan seperti memakai baju sendiri, makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token ini nantinya dapat ditukar untuk mendapatkan primary reinforcer, yaitu sesuatu yang diinginkan dan dinikmati orang lain seperti: baju baru, interaksi sosial, kosmetik, menonton film, dll.
Token ekonomi telah digunakan dalam berbagai macam situasi, seperti penanganan anak autis, orang yang mengalami perkembangan tidak normal, bahkan pada orang normal sekalipun. Teknik ini telah dibuktikan sukses dalam menghasilkan bentuk perilaku yang diinginkan.
EVALUASI
Pendekatan Skinner telah diaplikasikan dalam berbagai masalah-masalah praktis, seperti dalam pendidikan, industri, profesi, dan pelatihan binatang. Asumsi Skinner tentang ”lawfulness” tidak sejalan dalam psikologi. Namun jadwal penguatan yang dia ajukan merupakan temuan penting bagi teori belajar dan peneliti kepribadian.
Karena Skinner menolak untuk menyimpulkan mekanisme atau proses yang tidak terobservasi, dia mengalami kesulitan dalam menggambarkan situasi di luar laboratorium. Para psikolog holistik merasa bahwa pendekatan Skinner mengabaikan kompleksitas perilaku makhluk hidup. Kritik lain mengatakan bahwa situasi sederhana yang diteliti Skinner tidak akan terjadi di luar laboratoriumnya. Selain itu, ada kritik yang merasa keberatan dengan hukum perilaku yang pada akhirnya tidak melihat perbedaan spesies secaraterpisah.
5.      Albert Bandura (1925-sekarang)
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”


BAB III
STUDI KASUS
Dibawah ini ada beberapa contoh kasus atau permasalahan para remaja di sekolah yang pemecahannya menggunakan pendekatan teori psikologi behavioristik:

1.      Perilaku Bermasalah (problem behavior)
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
                                    
2.      Perilaku menyimpang (behaviour disorder)
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.



3.Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment)
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
                                                                               

   4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)
 Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.


  5. Attention Deficit Hyperactivity disorder
Yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya.





























BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Aliran behaviorisme dalam psikologi sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang apat di amati. Psikologi yang juga merupakan bagian dari ilmu alam yang menekankan pada perilaku manusia, perbuatan, dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak sebagai pokok masalah.
Behaviorisme dicetuskan oleh beberapa tokoh diantaranyaAlbert Bandura, Burrhus FredericSkinner, Ivan Petrovich Pavlov,John Watson, danEdward Lee Thorndike yang memiliki pemeikiran pemikaran yang memicu munculnya faham behaviorisme.